Perkembangan jaman terus berputar, maka muncullah ilmu beladiri  yang bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan maupun daerah pada saat  jaman kerajaan-kerajaan baik di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,  sampai dengan daerah Semenanjung Melayu. 
Mereka menciptakan bela diri (jurus-jurus) dengan meniru gerakan  binatang yang berada di lingkungan alam sekitarnya.  Gerakan-gerakan  yang diciptakan juga disesuaikan dengan alam sekitarnya yang  berbukit-bukit, dan berbatuan. Misalnya jurus yang diciptakan meniru  gerakan harimau, kera, ular, dan burung. 
Oleh karena kondisi lingkungan yang berbukit dan berbatuan, maka  gerakannya banyak lompatan/ loncatan. Orang-orang yang hidup di  pegunungan biasa berdiri, bergerak, berjalan dengan langkah kedudukan  kaki yang kuat untuk menjaga agar tidak mudah jatuh selama bergerak di  tanah yang tidak rata. Biasanya menciptakan beladiri yang mempunyai ciri khas kuda-kuda yang kokoh tidak banyak bergerak.
Sedangkan gerakan tangan lebih lincah, banyak ragamnya dan ampuh daya  gunanya. Penduduk yang hidup di daerah berawa, tanah datar, padang  rumput biasa berjalan bergegas, lari, sehingga gerakan kakinya menjadi  lincah.  Mereka menciptakan beladiri yang lebih banyak memanfaatkan kaki  sebagai alat beladiri.  Akhirnya setiap daerah mempunyai beladiri yang  khas dan berbeda dengan daerah lainnya, sehingga timbullah aliran  beladiri  beraneka ragam.
Pada jaman kerajaan beladiri sudah di kenal untuk keamanan serta  untuk memperluas wilayah kerajaan dalam melawan kerajaan yang lainnya.  Pada jaman ini kerajaan yang mempunyai prajurit kuat dan tangguh, maka  mereka mempunyai wilayah jajahan yang luas. Prajurit yang mempunyai ilmu  beladiri tinggi maka ia akan mendapat jabatan yang tinggi pula ( patih  ).
Kerajaan-kerajaan pada waktu itu seperti: Kerajaan Kutai,  Tarumanegara,   Mataram, Kediri, Singasari, Sriwijaya, dan Majapahit  mempunyai prajurit yang dibekali ilmu beladiri untuk mempertahankan  wilayahnya.
Bahkan dua Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit keduanya  mempunyai pasukan kuat beserta armada lautnya sehingga terkenal sampai  keluar wilayah nusantara.  Tahun 671 Kerajaan Sriwijaya mengembangkan wilayahnya sampai ke Melayu,  tetapi setelah menurunnya kekuasaan kerajaan Sriwijaya pada abad 7-12,  maka mulai abad 13 muncullah kerajaan islam Samudra Pasai (Notosoejitno,  1999: 15).
Abad 16 Samudra Pasai mencapai puncaknya sampai ke Malaka, namun  demikian istilah beladiri pencak silat belum ada. Baru tahun 1019-1041  pada jaman kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Erlangga dari  Sidoarjo, sudah mengenal ilmu beladiri pencak dengan nama “Eh Hok Hik”,  yang artinya  “Maju Selangkah Memukul”
(Notosoejitno, 1999: 15).
Prabu Erlangga ini merupakan pendekar ulung yang mempunyai ilmu  beladiri yang tinggi, oleh karenanya raja, bangsawan, kesatria, prajurit  pada waktu itu wajib belajar beladiri. Pada saat itu prajurit yang  memiiliki ilmu beladiri tinggi, maka semakin tinggi pula kedudukannya.
sumber KETERAMPILAN DASAR PENCAK SILAT MATERI SEJARAH PERKEMBANGAN
PENCAK SILAT GO INTERNATIONAL FIK UNY TAHUN 2007
Oleh:
Agung Nugroho
Dosen Pendidikan Kepelatihan
FIK UNY

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Komentar Anda Karena Komentar Anda Sebagai Inspirsi Kami